Nasional, SuryaNews.my.id - Aksi upaya Pembunuhan Presiden Soekarno di hari Idhul Adha dan aksi heroik penyelamatan DKP di pimpin oleh AKBP Mangil Martowidjojo
Tapi kamu tau gak, kalau ada sejarah penting yang terjadi di momen Idul Adha saat masa kepresidenan Soekarno? Padahal itu saat pada Sholat loh...
Pada tanggal 14 mei 1962, bertepatan dengan Idul Adha tahun 1381 Hijriyah, di halaman Istana Merdeka dilaksanakan sholat ied. saat hendak selesai rakaat kedua, seseorang seketika berdiri dan meneriakkan takbir. Terdengar tiga buah letusan dari senjata api yang ia pegang, melesatkan timah panas ke arah barisan terdepan yang mana di situ ada Presiden Soekarno.
Komisaris Polisi Mangil Martowidjojo, komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Presiden Soekarno dan wakilnya Sudiyo dengan cepat melindungi Soekarno.
Soedrajat salah seorang anggota DKP yang berada di belakang Presiden Soekarno yang berusaha melindungi Sang Presiden tewas berlumuran darah tak sempat mencabut pistolnya.
Soesilo yang juga anggota DKP terkena peluru di kepalanya. Satu peluru lagi menyasar ke arah bahu Ketua DPR KH Zainul Arifin. Ketua Nahdlatul Ulama KH Idham Chalid yang menjadi imam shalat saat itu mengalami luka ringan.
Menteri Pertahanan pada masa itu, Jenderal TNI A. H. Nasution, yang berdiri di samping Soekarno mengatakan bahwa ia merasakan desingan peluru lewat di dekat leher sebelah kirinya dari pada ke Presiden dalam buku, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 5-6.
Sambil membungkuk, penyerang tetap berusaha mendekat ke Soekarno. Sri Busono menendang kakinya hingga pelaku terjatuh, kemudian Musawir membantu, bergumul dengan pelaku hingga akhirnya dapat diringkus. Pelaku yang pingsan dan babak belur itu diletakkan di depan masjid Istana Baiturrahim. Menhan sempatkan melihat pelaku tersebut.
Kejadian penembakan itu membuat shalat ied terhenti. Jamaah lari kocar-kacir ke sana ke mari. Ada yang menjerit ketakutan, mencari perlindungan dan tiarap.
Ketiga pelaku itu adalah Sanusi, Kamil, dan Jaya Permana. Mereka telah merencanakan aksi ini sejak Maret 1962 atas perintah pemimpin DI/TII, Kartosoewirjo. ( Red/Hen )
Penulis: Mas Oji Baguss